Selasa, 21 Oktober 2014

Kalau Mau Menolong Kenapa Harus Pamrih ?

Rina Hartatik
13-1037
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
yogyakarta
Menolong merupakan salah satu perilaku yang termasuk dalam kategori perilaku prososial. Yang di maksud perilaku prososial yaitu suatu tindakan yang oleh masyarakat dianggap sebagai menguntungkan orang lain serta berdampak sosial yang positif (dalam Shinta, 2002). Sedangkan arti dari menolong sendiri adalah membantu meringankan beban/penderitaan orang lain dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
Tolong menolong juga perlu dilakukan dalam hidup, karena manusia tidak mungkin hidup sendiri dan tidak membutuhkan pertolongan dari orang lain, bahkan dari hewan sekalipun. Buktinya manusia membutuhkan pertolongan hewan dan tumbuhan, terlihat dari adanya beberapa kegiatan: kuda sebagai tunggangan untuk mengantarkan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya, memberikan pupuk untuk mendapatkan asupan oksigen, bunga yang cantik dan tanaman yang bermanfaat. Kepada hewan dan tumbuhan saja harus tolong menolong apalagi kepada manusia, tentu tolong menolong harus dilakukan. Ada saatnya kita menerima pertolongan dari orang lain dan ada kalanya pula kita harus memberi pertolongan kepada orang lain, sehingga saling melengkapi. Pertanyaannya sekarang, “kalau mau menolong kenapa harus pamrih?”.
Tolong menolong pada dasarnya harus dilandasi dengan ketulusan dan tidak ada pengharapan untuk mendapatkan balasan dari orang yang ditolong. Tapi ternyata tidak semua orang dapat melakukannya, terlebih di jaman sekarang di mana orang saling curiga, saling menjilat, dan saling menjatuhkan. Menjadi hal yang akhirnya dianggap biasa, kalau menolong hanya untuk mengharapkan suatu saat orang yang ditolong, esok harinya akan membalas menolong dirinya kembali. Kata lainnya adalah menolong dengan pamrih.
Menolong dengan pamrih sudah sering didengar banyak dilakukan. Orang yang pernah menolong dengan pamrih dapat mengeluarkan kalimat yang bisa membuat orang yang pernah ditolong menjadi tidak enak dan sungkan. Sehingga orang yang pernah ditolong merasa hutang budi dan akhirnya bersedia menolong gantian. Kalimatnya seperti ini: “mbak kan pernah saya tolong beberapa kali, sekarang bantulah saya” atau “ayolah gantian bantulah saya kali ini”, atau “tapi lain kali tolong saya dibantu juga” dan sebagainya. Kalimat yang terkesan baik dan sopan namun sesungguhnya ada maksud terselubung (pamrih) di dalamnya,
Jika dalam perilaku baik yang berupa tolong menolong terselubungi dengan rasa yang kurang ikhlas, maka dapat di prediksikan bahwa perilaku baik tersebut akan menghasilkan sesuatu yang berdampak negative, seperti : timbulnya perselisihan, kebencian bahkan akan memutuskan hubungan silaturahmi dan hubungan kekeluargaan yang sudah terjalin. Tentu sangat disayangkan kalau sampai hal tersebut terjadi.sebagai bentuk pengendalian untuk menghindarinya, mulai sekarang kalau hendak menolong janganlah pamrih. Lakukan seikhlas mungkin, bahkan sebisa mungkin dilupakan kalau sudah pernah melakukan kebaikan. Percaya, kalau bersedia menolong orang lain, pasti ketika kita membutuhkan pertolongan pasti ada saja jalannya untuk mendapatkan pertolongan. Walaupun pertolongan itu tidak berasal dari orang yang sudah pernah kita tolong.





Daftar Pustaka :

Shinta, A. (2002). Pengantar Psikologi Sosial Edisi Kedua. Yogyakarta: Universitas Proklamasi 45.