Rina Hartatik
13-1037
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
yogyakarta
Menolong merupakan salah satu
perilaku yang termasuk dalam kategori perilaku prososial. Yang di maksud
perilaku prososial yaitu suatu tindakan yang oleh masyarakat dianggap sebagai
menguntungkan orang lain serta berdampak sosial yang positif (dalam Shinta,
2002). Sedangkan arti dari menolong sendiri adalah membantu meringankan
beban/penderitaan orang lain dengan ikhlas dan tanpa pamrih.
Tolong menolong juga perlu
dilakukan dalam hidup, karena manusia tidak mungkin hidup sendiri dan tidak
membutuhkan pertolongan dari orang lain, bahkan dari hewan sekalipun. Buktinya
manusia membutuhkan pertolongan hewan dan tumbuhan, terlihat dari adanya
beberapa kegiatan: kuda sebagai tunggangan untuk mengantarkan manusia dari satu
tempat ke tempat lainnya, memberikan pupuk untuk mendapatkan asupan oksigen,
bunga yang cantik dan tanaman yang bermanfaat. Kepada hewan dan tumbuhan saja harus
tolong menolong apalagi kepada manusia, tentu tolong menolong harus dilakukan.
Ada saatnya kita menerima pertolongan dari orang lain dan ada kalanya pula kita
harus memberi pertolongan kepada orang lain, sehingga saling melengkapi.
Pertanyaannya sekarang, “kalau mau menolong kenapa harus pamrih?”.
Tolong
menolong pada dasarnya harus dilandasi dengan ketulusan dan tidak ada
pengharapan untuk mendapatkan balasan dari orang yang ditolong. Tapi ternyata
tidak semua orang dapat melakukannya, terlebih di jaman sekarang di mana orang
saling curiga, saling menjilat, dan saling menjatuhkan. Menjadi hal yang
akhirnya dianggap biasa, kalau menolong hanya untuk mengharapkan suatu saat
orang yang ditolong, esok harinya akan membalas menolong dirinya kembali. Kata
lainnya adalah menolong dengan pamrih.
Menolong dengan pamrih sudah sering
didengar banyak dilakukan. Orang yang pernah menolong dengan pamrih dapat
mengeluarkan kalimat yang bisa membuat orang yang pernah ditolong menjadi tidak
enak dan sungkan. Sehingga orang yang pernah ditolong merasa hutang budi dan
akhirnya bersedia menolong gantian. Kalimatnya seperti ini: “mbak kan pernah
saya tolong beberapa kali, sekarang bantulah saya” atau “ayolah gantian
bantulah saya kali ini”, atau “tapi lain kali tolong saya dibantu juga” dan
sebagainya. Kalimat yang terkesan baik dan sopan namun sesungguhnya ada maksud
terselubung (pamrih) di dalamnya,
Jika dalam perilaku baik yang
berupa tolong menolong terselubungi dengan rasa yang kurang ikhlas, maka dapat
di prediksikan bahwa perilaku baik tersebut akan menghasilkan sesuatu yang
berdampak negative, seperti : timbulnya perselisihan, kebencian bahkan akan
memutuskan hubungan silaturahmi dan hubungan kekeluargaan yang sudah terjalin.
Tentu sangat disayangkan kalau sampai hal tersebut terjadi.sebagai bentuk
pengendalian untuk menghindarinya, mulai sekarang kalau hendak menolong
janganlah pamrih. Lakukan seikhlas mungkin, bahkan sebisa mungkin dilupakan
kalau sudah pernah melakukan kebaikan. Percaya, kalau bersedia menolong orang lain,
pasti ketika kita membutuhkan pertolongan pasti ada saja jalannya untuk
mendapatkan pertolongan. Walaupun pertolongan itu tidak berasal dari orang yang
sudah pernah kita tolong.
Daftar
Pustaka :
Shinta, A. (2002). Pengantar Psikologi Sosial Edisi Kedua. Yogyakarta:
Universitas Proklamasi 45.